Minggu, 21 Oktober 2012

Hanya sebuah cita-cita

Diposting oleh Unknown di 05.28
Waktu gue kecil, gue pernah bercita-cita jadi dokter. Ya namanya anak-anak waktu kecilnya pasti punya cita-cita dokter, pilot ataupun guru. Gak jauh dari itu deh….. Nah, kali ini gue mau ceritain metamorfosa “cita-cita” gue. Cita-cita pertama gue yaitu jadi dokter, cita-cita yg klise banget deh. Cita-cita termuna yg pernah gue pikirin. Kenapa gue bilang termuna? Karena dengan gaya gue yg sekarang, jelas banget gue engga akan mau jadi dokter. Takut liat darah, takut mengoperasi orang lain, takut liat mayat. Salah-salah kasih obat, nyawa orang bisa jadi taruhannya loh. Makanya gue beralih cita-cita menjadi desainer. Hah desainer? Seseorang kaya gue mau jadi desainer? Gak mungkin kan ya? Gue juga setuju sama kalian. Awalnya gue pengen jadi desainer gara-gara gue suka gambar baju, gambar-gambar orang gitu. Nah, gue pikir mungkin pekerjaan desainer akan cocok sama hobi gue. Tapi ternyata jadi desainer juga engga cocok sama gue, setelah gue telaah lebih dalam. Gue jadi bosen sendiri gambarin baju terus, selain itu gambar gue juga engga ada peningkatan. Masih sama kaya dulu, masih jelek (read : kurang bagus). Dari seorang desainer gue beralih jadi Apoteker. Menurut gue cita-cita ini cukup menantang, entah kenapa gue pengen banget jadi apoteker. Kalau keluarga gue ada yg sakit, gak usah ribet-ribet cari obat. Gue pasti cukup bisa untuk ngeracik obat yg bagus buat mereka. Tapi lama kelamaan gue ngerasa engga cocok sama cita-cita ini. Gue gak punya minat lagi jadi apoteker, gak tau kenapa. Setelah itu, gue punya cita-cita lagi dong. Cita-cita yg satu ini mungkin agak berbeda dari sebelumnya. Kali ini gue mutusin pengen jadi CHEF. Yap, gue pengen semua orang bahagia ketika mereka makan masakan gue yg enak. Gue jadi suka masak setelah nyokap gue meninggal, saat itu gue mesti nyiapin makanan sendiri. Jadinya sedikit demi sedikit gue bisa masak dan mulai menyukai hal ini. Bahkan gue sudah merancang masa depan untuk berkuliah di Universitas yg katanya bagus bagi para calon chef untuk menimba ilmu. Gue harus mulai serius menatap masa depan. Terutama karena sekarang gue sudah berada dikelas 2 SMA. Kelas 2 SMA merupakan tahap yg baik untuk menentukan mau jadi apa sih kita nanti? Apa yg mau diperbuat setelah ini? Sedangkan untuk tahap pemantapan jurusan yg kita pilih itu sendiri ada dikelas 3. Kita harus sudah benar-benar siap dengan pilihan yg kita pilih. Sejujurnya dari jurusan yg gue jalani saat ini adalah IPA. Seharusnya sebagai anak IPA yg baik gue mesti ngikutin jurusan itu sampai kejenjang yg lebih tinggi, tapi karena gue emang gak suka dengan pelajaran IPA. Jadi gue milih cita-cita yg emang gue bakal bisa jalanin tanpa harus ada keluhan. Menurut gue saat kita memilih, pilihlah jurusan yg disukai. Ada pepatah yg bilang “Kejarlah cita-citamu setinggi langit”. Gue setuju banget sama pepatah ini. Jadi apapun itu cita-cita yg kamu ingin gapai, gapailah itu dengan kemampuan, usaha, dan kerja keras. Selagi kamu bisa hidup untuk mencapainya, capailah itu sampai batas akhir kemampuanmu.

0 komentar:

Posting Komentar

Minggu, 21 Oktober 2012

Hanya sebuah cita-cita

Diposting oleh Unknown di 05.28
Waktu gue kecil, gue pernah bercita-cita jadi dokter. Ya namanya anak-anak waktu kecilnya pasti punya cita-cita dokter, pilot ataupun guru. Gak jauh dari itu deh….. Nah, kali ini gue mau ceritain metamorfosa “cita-cita” gue. Cita-cita pertama gue yaitu jadi dokter, cita-cita yg klise banget deh. Cita-cita termuna yg pernah gue pikirin. Kenapa gue bilang termuna? Karena dengan gaya gue yg sekarang, jelas banget gue engga akan mau jadi dokter. Takut liat darah, takut mengoperasi orang lain, takut liat mayat. Salah-salah kasih obat, nyawa orang bisa jadi taruhannya loh. Makanya gue beralih cita-cita menjadi desainer. Hah desainer? Seseorang kaya gue mau jadi desainer? Gak mungkin kan ya? Gue juga setuju sama kalian. Awalnya gue pengen jadi desainer gara-gara gue suka gambar baju, gambar-gambar orang gitu. Nah, gue pikir mungkin pekerjaan desainer akan cocok sama hobi gue. Tapi ternyata jadi desainer juga engga cocok sama gue, setelah gue telaah lebih dalam. Gue jadi bosen sendiri gambarin baju terus, selain itu gambar gue juga engga ada peningkatan. Masih sama kaya dulu, masih jelek (read : kurang bagus). Dari seorang desainer gue beralih jadi Apoteker. Menurut gue cita-cita ini cukup menantang, entah kenapa gue pengen banget jadi apoteker. Kalau keluarga gue ada yg sakit, gak usah ribet-ribet cari obat. Gue pasti cukup bisa untuk ngeracik obat yg bagus buat mereka. Tapi lama kelamaan gue ngerasa engga cocok sama cita-cita ini. Gue gak punya minat lagi jadi apoteker, gak tau kenapa. Setelah itu, gue punya cita-cita lagi dong. Cita-cita yg satu ini mungkin agak berbeda dari sebelumnya. Kali ini gue mutusin pengen jadi CHEF. Yap, gue pengen semua orang bahagia ketika mereka makan masakan gue yg enak. Gue jadi suka masak setelah nyokap gue meninggal, saat itu gue mesti nyiapin makanan sendiri. Jadinya sedikit demi sedikit gue bisa masak dan mulai menyukai hal ini. Bahkan gue sudah merancang masa depan untuk berkuliah di Universitas yg katanya bagus bagi para calon chef untuk menimba ilmu. Gue harus mulai serius menatap masa depan. Terutama karena sekarang gue sudah berada dikelas 2 SMA. Kelas 2 SMA merupakan tahap yg baik untuk menentukan mau jadi apa sih kita nanti? Apa yg mau diperbuat setelah ini? Sedangkan untuk tahap pemantapan jurusan yg kita pilih itu sendiri ada dikelas 3. Kita harus sudah benar-benar siap dengan pilihan yg kita pilih. Sejujurnya dari jurusan yg gue jalani saat ini adalah IPA. Seharusnya sebagai anak IPA yg baik gue mesti ngikutin jurusan itu sampai kejenjang yg lebih tinggi, tapi karena gue emang gak suka dengan pelajaran IPA. Jadi gue milih cita-cita yg emang gue bakal bisa jalanin tanpa harus ada keluhan. Menurut gue saat kita memilih, pilihlah jurusan yg disukai. Ada pepatah yg bilang “Kejarlah cita-citamu setinggi langit”. Gue setuju banget sama pepatah ini. Jadi apapun itu cita-cita yg kamu ingin gapai, gapailah itu dengan kemampuan, usaha, dan kerja keras. Selagi kamu bisa hidup untuk mencapainya, capailah itu sampai batas akhir kemampuanmu.

0 komentar on "Hanya sebuah cita-cita"

Posting Komentar

 

STΔЯ princess(ʃ⌣ƪ⌣)♥ Copyright © 2012 Design by Antonia Sundrani Vinte e poucos