Selasa, 02 Agustus 2011
dibalik kisah seorang papa
Disini gue mau share kisah seorang papa , cerita ini gue ambil dari sebuah majalah buddhis . Jujur pas gue baca kisah ini air mata gue sampai menetes karena gue ngerasa sedih setelah tau bagaimana perasaan seorang ayah yg mendidik anaknya , dia itu galak atau disiplin bukan karena engga sayang sama kita . Justru karena rasa sayangnya yg tiada batasanya ituu . Oke segitu ajah yaah , selamat membaca :D
“DIBALIK KISAH SEORANG PAPA”
Biasanya,bagi seorang anak yang sudah dewasa,yang sedang bekerja diperantauan,yang ikut suaminya merantau di luar kota atau luar negeri, atau ikut tinggal bersama istrinya yang sedang bersekolah atau kuliah, jauh dari kedua orang tuanya. Akan sering merasa kangen sekali dengan Mamanya. Lalu bagaimana dengan Papa? Mungkin karena Mama lebih sering menelpon untuk menanyakan keadaan kita setiap hari, tapi tahukah kita, jika ternyata Papalah yang mengingatkan mama untuk menelpon kita? Mungkin dulu sewaktu kita kecil, Mamalah yang lebih sering mengajak kita bercerita atau berdongeng, Tapi tahukah kita, bahwa sepulang papa bekerja dan dengan wajah lelah papa selalu menanyakan pada mama tentang kabar dan apa yang kita lakukan seharian?
Pada saat kita masih kecil papa biasanya mengajari anak kecilnya naik sepeda. Dan setelah papa menganggap kita bisa, papa akan melepaskan roda Bantu di sepeda kita. Kemudian mama bilang : “jangan dulu papa,jangan dilepas dulu roda bantunya”, mama takut anak manisnya terjatuh lalu terluka. Tapi sadarkah kita? Bahwa papa dengan yakin akan membiarkan,menatap,dan menjaga kita mengayuh sepeda dengan seksama karena dia tahu anak kesayangannya PASTI BISA.
Pada saat kita menangis merengek meminta boneka atau mainan yang baru, mama menatap kita dengan iba. Tetapi papa akan mengatakan dengan tegas : “boleh,kita beli nanti,tapi tidak sekarang” tahukah kamu,papa melakukan itu karena papa tidak ingin kita jadi anak yang manja dengan semua tuntutan yang selalu dapat dipenuhi? Saat kita sakit pilek papa yang terlalu khawatir sampai kadang sedikit membentak dengan berkata, “sudah di bilang! Kamu jangan minum air dingin!”.berbeda dengan mama yang memperhatikan dan menasehati kita dengan lembut.ketahuilah,saat itu papa benar-benar mengkhawatirkan keadaan kita.
Ketika kita sudah beranjak remaja. Kita mulai menuntut pada papa untuk dapat izin keluar malam, dan papa bersikap tegas dan mengatakan : “Tidak boleh!”. Tahukah kita, bahwa papa melakukan itu untuk menjaga kita? Karena bagi papa, kita adalah sesuatu yang sangat-sangat luar biasa berharga. Setelah itu kita marah pada papa, dan masuk ke kamar sambil membanting pintu. Dan yang datang mengetok pintu adalah mama. Tahukah, bahwa saat itu papa memejamkan matanya dan menahan gejolak dalam batinnya,
Bahwa papa sangat ingin mengikuti keinginan kita, tapi lagi-lagi dia HARUS menjaga kita?! Saat kita mulai lebih dipercaya, dan papa melonggarkan sedikit peraturan untuk keluar rumah, kita akan memaksa untuk melanggar jam malamnya. Maka yang dilakukan papa adalah duduk di ruang tamu, dan menunggu kita pulang dengan hati yang sangat khawatir. Dan setelah perasaan khawatir itu berlarut-larut. Ketika melihat anak tercintanya pulang larut malam hati papa akan mengeras dan papa memarahi kita. Sadarkah, bahwa ini karena hal yang sangat ditakuti papa akan segera datang?
“Bahwa anak kesayangannya/jagoan ciliknya akan segera pergi meninggalkan papa”
Terkadang papa memaksa kita untuk pergi ke kelenteng untuk mengikuti kebaktian, tapi kita malah menolaknya. Menganggap kebaktian suatu hal sepele. Padahal, papa sangat ingin kita menjadi anak yang baik. Menjadi anak yang memiliki keimanan kuat. Terkadang papa menyuruh kita untuk ikut kegiatan di bio atau vihara, tapi kita malah menganggapnya angina lalu. Papa SEDIH! Karena padahal papa ingin yang terbaik untuk kita! Karena papa ingin melihat anaknya menjadi seorang tridharma yang sejati nantinya.
Setelah lulus SMA, papa akan sedikit memaksa kita untuk menjadi seorang dokter atau insinyur. Ketahuilah, bahwa seluruh paksaan yang dilakukan papa itu semata-mata hanya karena memikirkan masa depan kita nanti. Tapi toh papa tetap tersenyum dan mendukung kita saat pilihan kita tidak sesuai dengan keinginan papa. Ketika kita menjadi seorang dewasa. Dan kita harus pergi kuliah ke kota lain. Papa harus melepas kita di bandara. Tahukah bahwa badan papa terasa kaku untuk memeluk dan mencium kita? Papa hanya tersenyum sambil memberi nasehat ini-itu, dan menyuruh untuk berhati-hati. Padahal papa ingin sekali menangis seperti mama dan memeluk erat-erat. Yang papa lakukan hanya menghapus sedikit air mata di sudut matanya, dan menepuk pundak kita dengan berkata “jaga dirimu baik-baik ya sayang”. Papa melakukan itu semua agar kita KUAT, kuat untuk pergi dan menjadi dewasa.
Disaat kita butuh uang untuk membiayai uang semester dan kehidupan kita, orang pertama yang mengerutkan kening adalah papa. Papa pasti berusaha keras mencari jalan agar anaknya bisa merasa sama dengan teman-temannya yang lain. Ketika permintaan kita bukan lagi sekedar meminta boneka baru, dan papa tahu ia tidak bisa memberikan yang kita inginkan. Kata-kata yang keluar dari mulut papa adalah ; “Tidak…. tidak bisa!” padahal dalam batin papa, ia sangat ingin mengatakan “Iya saying, nanti papa belikan untukmu”.
Tahukah kita bahwa pada saat itu papa merasa gagal dalam membuat anaknya tersenyum? Saat kita diwisuda sebagai seorang sarjana. Papa adalah orang pertama yang berdiri dan memberi tepuk tangan untuk kita. Papa akan tersenyum dengan bangga dan puas melihat “Anak kebanggaan nya yang tidak manja berhasil tumbuh dewasa, dan telah menjadi seseorang” sampai saat seorang pacar kita datang kerumah dan papa tahu anaknya akan segera meninggalkannya untuk hidup bersama pasangan hidupnya. Papa dengan berat hati merelakan kita pergi, karena papa ingin kita BAHAGIA!
Dan akhirnya…..
Saat papa melihat kita dududk di panggung pelaminan bersama seseorang yang akan menjadi pasangan hidup kita yang dianggapnya pantas mendampingi kita, papa pun tersenyum bahagia. Apakah kita mengetahui, di hari yang bahagia itu papa pergi kebelakang panggung sebentar, dan menangis? Papa menangis karena papa sangat berbahagia, kemudian papa berdoa. Dalam lirih doanya kepada Thian,papa berkata : “Thian, tugasku telah selesai dengan baik. Anak kecilku yang lucu dan kucintai telah menjadi pengantin. Bahagiakanlah ia bersama pasangan hidupnya. Thian, para Sin Beng, berkatilah anakku!” ingat, papa dan mama adalah wakil thian.
Setelah itu papa hanya bisa menunggu kedatangan kita bersama cucu-cucunya yang sesekali datang untuk menjenguk. Dengan rambut yang telah dan semakin putih. Dan badan serta lengan yang tak lagi kuat untuk menjagamu dari bahaya. Papa telah menyelesaikan tugasnya. Papa kita adalah sosok yang harus selalu terlihat kuat. Bahkan ketika dia tidak kuat untuk tidak menangis. Dia harus terlihat tegas bahkan saat dia ingin memanjakanmu. Dan dia adalah yang orang pertama yang selalu yakin bahwa “KITA BISA” dalam segala hal…
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Selasa, 02 Agustus 2011
dibalik kisah seorang papa
Disini gue mau share kisah seorang papa , cerita ini gue ambil dari sebuah majalah buddhis . Jujur pas gue baca kisah ini air mata gue sampai menetes karena gue ngerasa sedih setelah tau bagaimana perasaan seorang ayah yg mendidik anaknya , dia itu galak atau disiplin bukan karena engga sayang sama kita . Justru karena rasa sayangnya yg tiada batasanya ituu . Oke segitu ajah yaah , selamat membaca :D
“DIBALIK KISAH SEORANG PAPA”
Biasanya,bagi seorang anak yang sudah dewasa,yang sedang bekerja diperantauan,yang ikut suaminya merantau di luar kota atau luar negeri, atau ikut tinggal bersama istrinya yang sedang bersekolah atau kuliah, jauh dari kedua orang tuanya. Akan sering merasa kangen sekali dengan Mamanya. Lalu bagaimana dengan Papa? Mungkin karena Mama lebih sering menelpon untuk menanyakan keadaan kita setiap hari, tapi tahukah kita, jika ternyata Papalah yang mengingatkan mama untuk menelpon kita? Mungkin dulu sewaktu kita kecil, Mamalah yang lebih sering mengajak kita bercerita atau berdongeng, Tapi tahukah kita, bahwa sepulang papa bekerja dan dengan wajah lelah papa selalu menanyakan pada mama tentang kabar dan apa yang kita lakukan seharian?
Pada saat kita masih kecil papa biasanya mengajari anak kecilnya naik sepeda. Dan setelah papa menganggap kita bisa, papa akan melepaskan roda Bantu di sepeda kita. Kemudian mama bilang : “jangan dulu papa,jangan dilepas dulu roda bantunya”, mama takut anak manisnya terjatuh lalu terluka. Tapi sadarkah kita? Bahwa papa dengan yakin akan membiarkan,menatap,dan menjaga kita mengayuh sepeda dengan seksama karena dia tahu anak kesayangannya PASTI BISA.
Pada saat kita menangis merengek meminta boneka atau mainan yang baru, mama menatap kita dengan iba. Tetapi papa akan mengatakan dengan tegas : “boleh,kita beli nanti,tapi tidak sekarang” tahukah kamu,papa melakukan itu karena papa tidak ingin kita jadi anak yang manja dengan semua tuntutan yang selalu dapat dipenuhi? Saat kita sakit pilek papa yang terlalu khawatir sampai kadang sedikit membentak dengan berkata, “sudah di bilang! Kamu jangan minum air dingin!”.berbeda dengan mama yang memperhatikan dan menasehati kita dengan lembut.ketahuilah,saat itu papa benar-benar mengkhawatirkan keadaan kita.
Ketika kita sudah beranjak remaja. Kita mulai menuntut pada papa untuk dapat izin keluar malam, dan papa bersikap tegas dan mengatakan : “Tidak boleh!”. Tahukah kita, bahwa papa melakukan itu untuk menjaga kita? Karena bagi papa, kita adalah sesuatu yang sangat-sangat luar biasa berharga. Setelah itu kita marah pada papa, dan masuk ke kamar sambil membanting pintu. Dan yang datang mengetok pintu adalah mama. Tahukah, bahwa saat itu papa memejamkan matanya dan menahan gejolak dalam batinnya,
Bahwa papa sangat ingin mengikuti keinginan kita, tapi lagi-lagi dia HARUS menjaga kita?! Saat kita mulai lebih dipercaya, dan papa melonggarkan sedikit peraturan untuk keluar rumah, kita akan memaksa untuk melanggar jam malamnya. Maka yang dilakukan papa adalah duduk di ruang tamu, dan menunggu kita pulang dengan hati yang sangat khawatir. Dan setelah perasaan khawatir itu berlarut-larut. Ketika melihat anak tercintanya pulang larut malam hati papa akan mengeras dan papa memarahi kita. Sadarkah, bahwa ini karena hal yang sangat ditakuti papa akan segera datang?
“Bahwa anak kesayangannya/jagoan ciliknya akan segera pergi meninggalkan papa”
Terkadang papa memaksa kita untuk pergi ke kelenteng untuk mengikuti kebaktian, tapi kita malah menolaknya. Menganggap kebaktian suatu hal sepele. Padahal, papa sangat ingin kita menjadi anak yang baik. Menjadi anak yang memiliki keimanan kuat. Terkadang papa menyuruh kita untuk ikut kegiatan di bio atau vihara, tapi kita malah menganggapnya angina lalu. Papa SEDIH! Karena padahal papa ingin yang terbaik untuk kita! Karena papa ingin melihat anaknya menjadi seorang tridharma yang sejati nantinya.
Setelah lulus SMA, papa akan sedikit memaksa kita untuk menjadi seorang dokter atau insinyur. Ketahuilah, bahwa seluruh paksaan yang dilakukan papa itu semata-mata hanya karena memikirkan masa depan kita nanti. Tapi toh papa tetap tersenyum dan mendukung kita saat pilihan kita tidak sesuai dengan keinginan papa. Ketika kita menjadi seorang dewasa. Dan kita harus pergi kuliah ke kota lain. Papa harus melepas kita di bandara. Tahukah bahwa badan papa terasa kaku untuk memeluk dan mencium kita? Papa hanya tersenyum sambil memberi nasehat ini-itu, dan menyuruh untuk berhati-hati. Padahal papa ingin sekali menangis seperti mama dan memeluk erat-erat. Yang papa lakukan hanya menghapus sedikit air mata di sudut matanya, dan menepuk pundak kita dengan berkata “jaga dirimu baik-baik ya sayang”. Papa melakukan itu semua agar kita KUAT, kuat untuk pergi dan menjadi dewasa.
Disaat kita butuh uang untuk membiayai uang semester dan kehidupan kita, orang pertama yang mengerutkan kening adalah papa. Papa pasti berusaha keras mencari jalan agar anaknya bisa merasa sama dengan teman-temannya yang lain. Ketika permintaan kita bukan lagi sekedar meminta boneka baru, dan papa tahu ia tidak bisa memberikan yang kita inginkan. Kata-kata yang keluar dari mulut papa adalah ; “Tidak…. tidak bisa!” padahal dalam batin papa, ia sangat ingin mengatakan “Iya saying, nanti papa belikan untukmu”.
Tahukah kita bahwa pada saat itu papa merasa gagal dalam membuat anaknya tersenyum? Saat kita diwisuda sebagai seorang sarjana. Papa adalah orang pertama yang berdiri dan memberi tepuk tangan untuk kita. Papa akan tersenyum dengan bangga dan puas melihat “Anak kebanggaan nya yang tidak manja berhasil tumbuh dewasa, dan telah menjadi seseorang” sampai saat seorang pacar kita datang kerumah dan papa tahu anaknya akan segera meninggalkannya untuk hidup bersama pasangan hidupnya. Papa dengan berat hati merelakan kita pergi, karena papa ingin kita BAHAGIA!
Dan akhirnya…..
Saat papa melihat kita dududk di panggung pelaminan bersama seseorang yang akan menjadi pasangan hidup kita yang dianggapnya pantas mendampingi kita, papa pun tersenyum bahagia. Apakah kita mengetahui, di hari yang bahagia itu papa pergi kebelakang panggung sebentar, dan menangis? Papa menangis karena papa sangat berbahagia, kemudian papa berdoa. Dalam lirih doanya kepada Thian,papa berkata : “Thian, tugasku telah selesai dengan baik. Anak kecilku yang lucu dan kucintai telah menjadi pengantin. Bahagiakanlah ia bersama pasangan hidupnya. Thian, para Sin Beng, berkatilah anakku!” ingat, papa dan mama adalah wakil thian.
Setelah itu papa hanya bisa menunggu kedatangan kita bersama cucu-cucunya yang sesekali datang untuk menjenguk. Dengan rambut yang telah dan semakin putih. Dan badan serta lengan yang tak lagi kuat untuk menjagamu dari bahaya. Papa telah menyelesaikan tugasnya. Papa kita adalah sosok yang harus selalu terlihat kuat. Bahkan ketika dia tidak kuat untuk tidak menangis. Dia harus terlihat tegas bahkan saat dia ingin memanjakanmu. Dan dia adalah yang orang pertama yang selalu yakin bahwa “KITA BISA” dalam segala hal…
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar